Di sela kesibukan bermacam aktivitasnya, sosok perempuan ini masih menyempatkan waktu untuk memperhatikan pentingnya kedekatan buah hati dan suaminya. Tiap hari ibu rumah tangga berusia 43 tahun ini selalu menyempatkan waktu untuk bisa makan bersama dengan suami Kusnadi (48) dan anak ketiga, Diana Kusumawati, remaja 13 tahun.
Menurut
perempuan berjilbab itu, waktu makan bersama menjadi waktu berkualitas (quality
time) untuk saling terbuka, berbagi, dan bermusyawarah antaranggota
keluarga. Meskipun, dia masih merasa ada yang kurang. Pasalnya, dua dari tiga
putranya kini bekerja dan tinggal di Jakarta. Sehingga, di rumah hanya anak
ketiganya yang kini bersekolah di SMPN 2 Prembun.
Menyebut
KPAD Pesuningan, Kecamatan Prembun, Kebumen, tak bisa lepas dari sosok satu
ini. Adalah Tri Sugini, sosok perempuan itu. Aktivis yang ikut membidani
lahirnya KPAD Pesuningan mulai dari saat merintis hingga mendorong terbentuknya
Peraturan Desa (perdes) sebagai bagian penopang keberadaan KPAD.
Menjalankan
aktivitas sehari-harinya itu, bu Gini--panggilan akrab Tri Sugini ini hanya
berujar, "Saya ingin mengabdi dan menolong sesama manusia selama masih
bisa."
Selain
sebagai pengelola KPAD Pesuningan. Tercatat, bu Gini tiap hari pada Senin
hingga Kamis juga aktif mengajar di POS PAUD Multi Rahayu Desa Pesuningan mulai
pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Setelah itu, bu Tri bisa melejit ke mana-mana
dengan sepeda motor Mio-nya. Entah ke balai desa Pesuningan atau Hotel
Candisari, Karanganyar atau ke pusat kota Kebumen. Tentunya untuk urusan-urusan
sosial dan sebentuk pengabdian-pengabidan lainnya.
"Meski
jarang di rumah kalau pagi hingga siang, saya ingin selalu bisa bersama
keluarga saat makan malam dan sarapan pagi," tutur perempuan kelahiran
Kebumen, kelahiran Kebumen, 06 Juni 1969.
Julukan
aktivis desa disematkan pada sosok perempuan ini bukan tanpa alasan. Seabrek
kegiatan yang digelutinya menjadi bukti. Antara lain, Kader Penanggulangan
Diare Dinkes Kabupaten Kebumen; Kader TB, Aisyiah Muhammadiyah Kebumen;
sekretaris PAUD Multi Rahayu Desa Pesuningan; Ketua Kelompok Wanita Tani Ternak
"Cemani"; dan Pengurus Posyandu Ari Lestari. Terakhir, Tri Sugini
terlibat dalam pembentukan Forum KPAD Kabupaten Kebumen di Hotel Candisari, 8-9
Februari 2013 silam.
Bu Gini
mengungkapkan, sebagai pegiat yang berkecimpung pada isu anak dan pembangunan
desa, keberadaan KPAD sangat diperlukan sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di
desa. Selain itu, juga sebagai upaya preventif menanggulangi tidak terpenuhinya
hak-hak anak. "Di desa ini masih banyak orang tua yang mengolok-olok
anaknya. Juga guru yang terkadang memukul muridnya, anak memalak anak lain, dan
sebagainya, "ujar Tri Sugini prihatin.
Sugini
menyadari, segala kekerasan yang menimpa anak baik itu fisik maupun nonfisik
itu bisa berdampak pada psikis si anak. Anak yang menjadi korban bisa mengalami
trauma berkepanjangan bila tak ada kesadaran orang tua untuk menyembuhkannya.
Untuk itu , dia dan pengurus tak henti-hentinya selalu menyosialisasikan
hal-hal itu melalui forum-forum pengajian, pertemuan RT RW, dan forum informal
lainnya.
"Alhamdulillah,
sekarang sudah jarang orang tua yang olok-olok atau memukul anaknya," kata
Sugini yang menyatakan bahwa dirinya belum pernah mengolok-olok anak atau
memukul ketiga anaknya. Tiga anaknya itu yakni Wawan Kusuma (25), Bayu Kusuma
(23), dan Diana Kusumawati (13).
Dia
sendiri bersama relawan lain ikut pelatihan-pelatihan seputar pendirian KPAD
yang diselenggarakan oleh Plan Indonesia PU Kebumen di Pesuningan sejak tahun
2002. Saat ini, dari sekitar 400 desa di 46 kecamatan di Kebumen, baru 15 desa yang membentuk KPAD.
"Dari
ikut pelatihan Perlindungan Anak itu, hati kecil saya bilang, hal itu benar.
Anak-anak harus ada perlindungan dan kasih solusi ketika ada problem yang
menimpanya," kata istri dari Kusnadi ini.
Dahulu
sebelum diberi nama KPAD seperti sekarang ini, sering berubah-ubah nama. Mulai
dari konfrensi perlindungan anak (KPA), kelompok pemerhati anak (KPA).
"Pokoknya gonta-ganti namanya," terang dia menceritakan proses
terbentuknya nama KPAD.
Keanggotaan
KPAD di desanya terdiri dari perwakilan Pemerintah Desa (Pemdes), tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan bidan desa. Sejak terbentuk pada 2010, KPAD mulai
mendapat bantuan dana dari Pemdes melalui dana Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar
Rp 1 juta.
Saat ini,
menurut bu Gini, kendala yang masih dihadapi yakni perihal pernikahan dini. Tak
memungkiri, hal itu dikarenakan faktor pergaulan bebas di kalangan remaja yang
mulai menggejala. "Remaja dan orang tua di sini bisa saja sudah mengerti.
Nah, yang dari luar desa yang belum ada KPAD kan tidak tahu," tuturnya. Hal
itu, menurutnya juga dipengaruhi masih banyaknya anak yang pacaran di bawah
umur.
Selain
itu, upaya yang terus dilakukannya yakni sosialisasi dan saling mengingatkan
kepada orang tua melalui HP. Misalnya, pesan kepada orang tua agar tidak lupa
selalu mengontrol dan mengawasi aktivitas anaknya. Bisa juga melalui HP si
anak. "Mungkin ada film pornonya atau tidak dan sebagainya. Kalau bukan
kita yang ingatkan, siapa lagi? Anak-anak makin pintar. Intinya ini demi masa
depan anak," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar