Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan-perbedaan gender termasuk
perbedaan peran, sehingga muncul istilah peran kodrati, yakni peran yang
diberikan oleh Tuhan, seperti haid, hamil, melahirkan menyusui dan peran
gender. Peran gender seringkali diyakini
bahwa seakan-akan juga merupakan peran kodrati yang diberikan oleh Tuhan,
padahal sebenarnya peran gender diyakini sebagai ketentuan social. Dengan
demikian, peran gender akan memunculkan pembagian peran yang kaku untuk
laki-laki dan perempuan.
Peran kodrati bukan peran gender sehingga tidak
dapat diubah, misalnya, perempuan selama ini secara kodrati mengalami haid,
hamil, melahirkan , menyusui, sekaligus diberi tanggungjawab pemeliharaan
anak, maka peran-peran tersebut tidak perlu diubah. Akan timbul ketidakadilan
bagi perempuan apabila haid, hamil, dan melahirkan menjadi alasan untuk
melarang perempuan bekerja karena harus memelihara anak
|
Ada dua istilah yang merujuk peran gender
yakni peran Produktif-Reproduktif dan Publik-Domestik. Pembagian peran pada
umumnya didasarkan pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki.
Budaya/masyarakat menggunakan perbedaan biologis ini sebagai dasar pembagian
tugas yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Pada sebagian besar
masyarakat , peran gender utama perempuan dalam lingkungan keluarga adalah
menjadi ibu rumah tangga, pengelola rumah tangga, ibu serta istri. Pada
peran-peran inilah feminitas didefinisikan dan dinilai (bahkan oleh kaum
perempuan sendiri). Peran gender utama laki-laki adalah sebagai pencari nafkah
utama keluarga, sebagai kepala rumah tangga dan sebagai bapak. Peran-peran
inilah maskulinitas didefinisikan dan dinilai (termasuk oleh laki-lai sendiri).
Banyak laki-laki dan perempuan masih berpikiran bahwa urusan domestic
rumah tangga, termasuk pendidikan anak, merupakan tanggungjawab perempuan meskipun suami istri sama-sama
bekerja. Ibu rumah tangga diseluruh dunia melakukan berbagai macam tugas yang
memiliki satu kesamaan mata rantai rumah dengan penghuninya. Mereka merawat
anak, menyediakan makanan bagi keluarga (baik dari ladang keluarga atau pasar
swalayan), mencuci pakaian (disungai atau dengan mesin cuci), mencari tambahan
penghasilan untuk keluarga (melalui kerja paruh waktu dengan upah rendah yang
tidak membahayakan pekerjaan utamanya
yaitu mengurus rumah dan keluarga).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh par aktifis perempuan bahwa
permpuan pada umumnya mempunyai pekerjaan seharihari :
Bangun tidur pukul 04.00
Merapikan tempat tidur
Menyiapkan minuman pagi
Menyapu, membersihkan rumah da
halamannya
Menyiapkan sarapan pagi
Pergi berbelanja
Memasak nasi dan lauk pauk
Mengirim makanan ke sawah/lading
Mencuci pakaian
Mengambil air dan bahan bakar
Mengerjakan pekerjaan di sawah/ladanga
Ini semua memakan waktu antara 12 – 16 jam
(Sumber : Saptari dan Holzner, 1997)
Sebenarnya, banyak
perempuan yang telah bekerja diluar rumah sebagai pendidik, pedagang, peneliti,
bahkan sebagai presiden. Namun tugas mengelola rumah tangga, mengasuh anak, dan
sebagai pekerja sukarelawan di masyarakat masih tetap menjadi tugasnya. Dengan
demikian sebenarnya perempuan mempunyai multi peran. Peran perempuan dilakukan
di dalam maupun diluar rumah sekaligus, sedangkan laki-laki biasanya memiliki
satu peran di luar rumah.
Pertanyaan yang sangat menarik adalah : “dapatkah kita merencanakan
kebutuhan-kebutuhan umum rumah tangga yang berpendapatan rendah atau apakah
penting merencanakan kebutuhan perempuan sesuai peran-peran yang selama ini
dijalankan perempuan?”. Sebenarnya itu pertanyaan sederhana untuk mengawali
sebuah perencanaan yang berperspektif gender. Perbedaan posisi perempuan dan
laki-laki didalam rumah tangga dan penguasaan terhadap sumber daya (seperti :
tanah, uang, pendidikan, dll) dan peran berbeda di dalam masyarakat menjadi
pertimbangan dalam perencanaan, karena seringkali mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Di atas telah disebutkan beberapa contoh peran yang dilakukan perempuan, baik di dalam maupun di luar
rumah. Namun, selama ini kita melihat bahwa apa yang telah dilakukan perempuan selama
12-16 jam tidaklah tampak dalam statistik nasional karena sebagian besar
masyarakat kita menganggap bahwa pekerjaan tersebut tidak membawa upah atau
dilakukan di dalam rumah. Dalam upaya mencapai keadilan tersebut maka kita akan
mendiskusikan apa saja jenis-jenis kerja yang dilakukan oleh perempuan yang
“terlihat”dan “tidak terihat”, yaitu kerja produktif, kerja reproduktif dan
kerja kemasyarakatan.
Peran Reproduktif
Selama ini, peran reproduktif di konstruksikan secara social budaya
sebagai tugas dan tanggungjawab perempuan. Dimanapun berada dan dalam peran
apapun, tugas dan tanggungjawab itu tidak boleh ditinggalkan, sehingga tidak
jarang perempuan merasa bersalah ketika dia harus melakukan pekerjaan diluar
rumah dan harus meninggalkan anak-anak dan suami dirumah.
Pertanyaannya :”mengapa peran reproduktif secara alamiah menjadi
tanggujngjawab perempuan?” Jawaban yang sering muncul adalah karena permpuan
merawat dan memelihara anak dan ada keterkaitan alamiah dengan reproduksi
kehidupan manusia.
Pengasuhan atau pengasuhan anak
Pekerjaan –pekerjaan rumah tangga, seperti
memasak, menyapu, dsb
Menjamin seluruh anggota keluarga sehat
Menjamin seluruh anggota keluarga kecukupan
makan
Menjamin seluruh anggota keluarga tidak lelah
(Ketiga contoh terakhir terutama ditujukan bagi
anggota keluarga yang menghasilkan uang dan bekerja di luar rumah)
|
Tidak ada alasan mengapa perempuan ditempatkan sebagai pemelihara,
pendidik dan perawat, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa, atau orang tua
terutama jika mereka sakit. Kontradiksi ini merefleksikan perbedaan definisi
dan arti dari kerja reproduktif. Di banyak Negara dunia ketiga, pelabelan bahwa
laki-laki sebagai pencari nafkah utama, perempuan sebagai pekerja reproduktif
sangat dominan. Pandangan itu tidak pernah berubah meskipun pada beberapa kasus
perempuan mempunyai peran (dalam rumah tanga) sebagai pencari nafkah utama, dan
laki-laki/ suami mereka memjadi pengangguran.Jika hal, tesebut terjadi, berarti
perempuan harus menjalankan tiga peran sekaligus (peran reproduktif, perean
produktif, dan peran kemasyarakatan). Pada banyak kasus, jika perempuan menjadi
pencari nafakah utama dan laki-laki terpaksa mengangur, maka secara empiris
mereka tidak berbalik menjalankan peran
reproduktif, menggantikan peran perempuan, seperti : mengasuh anak, memasak,
memcuci, atau membantu istri. Perbedaan juga terjadi pada peran kemasyaraatan,
jika perempuan di masyarakat berperan untuk memenuhi konsumsi bersama,
sedangkan laki-laki mempunyai peran sebagai pemimpin masyrakat, seperti menjadi
ketua RT atau ketua RW, anggota BPD, pendidik, LKMD, dll.
Isu penting berkaitan dengan kerja reproduktif perempuan adalah selama
ini kita tidak memberikan perhatian yang lebih luas pada kerja reproduktif,
sehingga hasil kerja mereka tidak tampak dan tidak dihargai karena kerja
tersebut tampak alamiah dan kadang-kadang juga dianggap sebagai “bukan
pekerjaan nyata”. Hal ini berbeda dengan konsep “ kerja produktif”.
Peran Produktif
Definisi tentang kerja atau peran produktif penuh dengan kompleksitas.
Kadang kerja produktif secara panjang lebar didefinisikan sebagai tugas atau
aktifitas yang menghasilkan income (pendapatan), oleh karena itu mempunyai
nilai , aktual atau potensial. Ini terlihat dalam ekonomi uang, termasuk kerja
disektor formal maupun informal, seperti usaha yang dikelola keluarga. Saat
kini kerja rumahan seperti pada kasus-kasus terakhir tidak diterima sabagai
kerja yang mempunyai nilai tukar, tidak mendapatkan upah/penghasilan, sejak
kerja tersebut dijalankan.
Banyak aktivis perempuan berargumentasi bahwa beberapa aktifitas yang
dikatergorikan sebagai kerja reproduktif
sebenarnya dapat pula dikatergorikan sebagai kerja produktif. Mereka mengklaim
bahwa kerja reproduktif juga termasuk kerja produktif. Di dalam pembangunan,
tujuan dari prinsip-prinsip dalam kkonsep perencanaan gender (untuk membedakan
antara peran reproduktif dan produktif perempuan) adalah tepat, guna menyoroti
bentuk-bentuk kerja perempuan.Sedangkan, kategori-kategori perencanaan saat ini
dibatasi hanya pada perbedaan antara kerja produktif laki-laki dan kerja
reproduktif perempuan. Selain menjalankan perannya dalam kerja reprodutif dan
produktif, perempuan dan laki-laki juga mempunyai peran kemasyarakatan.
Peran Kemasyarakatan
Peran perempuan untuk mengatur atau mengorganisir masyarakat masih
jauh dari harapan, seperti masih adanya aktifitas yang teridentifikasi lebih
bersifat memberikan layanan dan menjadi bagian dari kerja reproduktif. Sebagai
contoh, di dalam kegiatan / aktivitas masyarakat di tingkat RT, perempuan
selalu ditempatkan sebagai seksi konsumsi. Bentuk kerja kemasyarakatan secara
factual terlihat pada kondisi ekonomi saat ini, dimana masalah pendapatan
keluarga yang rendah telah mendorong masyarakat untuk memecahkannya. “Pekerjaan
kemasyarakatan”, didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan pada tingkat
masyarakat, di seputar pengalokasian, penyediaan dan mengatur bagian-bagian dari pekerjaan
bersama.
Peran kemasyarakatan terdiri dari aktifitas yang dilakukan di
tingkat masyarakat
Peran kemasyarakatan yang dijalankan perempuan adalah aktivitas
yang digunakan bersama, misalnya pelayanan kesehatan di posyandu,
tanggungjawab akan ketersediaan air, berurusan dengan pengelolaan sampah
rumah tangga. Semua pekerjaan tersebut biasanya tidak dibayar atau tidak
diberi upah dan dilakukan secara sukarela
Peran kemasyarakatan yang dijalankan laki-laki biasanya pada tingkatan masyarakat
yang diorganisir, misalnya menjadi Kepala Kelurahan/Desa, sebagai Kaur
Pembangunan, sebagai anggota BPD, dll
|
Perbedaan tentang kebutuhan konsumsi untuk mereproduksi kekuatan
tenaga kerja secara cepat dapat disosialisasikan di tingkatan masyarakat. Kenyataan
bahwa dukungan perempuan terhadap pembagian kerja berbasis gender, menunjukkan
bahwa rumah sebagai bidang yang mereka kuasai dan ia mengambil tanggungjawab
utama untuk menyediakan kebutuhan konsumsi dalam keluarga. Kebutuhan-kebutuhan
ini tidak hanya tediri dari kebutuhan konsumsi individu dalam keluarga, tetapi
juga kebutuhan yang bersifat konsumsi bersama pada tetangga atau tingkatan
masyarakat. Hubungan social tidak hanya terdiri dari anggota keluarga tetapi
juga tetangga. Mobilisasi dan organisasi pada tingkatan masyarakat secara
alamiah merupakan perluasan kerja domestic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar